Selasa, 25 Juni 2013

RPP untuk Mata Kuliah Pengajaran Mikro Bahasa Indonesia (Analisis Unsur Intrinsik Teks Drama)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan      : SMP
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : VIII/1
Alokasi Waktu            : 10-15 Mnt
Kemampuan                : Bersastra

A.    Standar Kompetensi
      Membaca: Memahami  teks drama dan novel remaja

B.      Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama

C.    Indikator
Mampu menganalisis teks drama berdasarkan unsur-unsur intrin­siknya (latar).

D.    Tujuan Pembelajaran

Diberikan sebuah teks penggalan naskah drama, siswa dapat menganalisis latar yang digambarkan naskah drama.

E.     Materi Pembelajaran
1.      Naskah Drama
2.      Unsur Intrinsik, yaitu pada latar.


F.     Model dan Metode Pembelajaran
·         Model                        : Kooperatif
·         Pendekatan                : CTL (Konstruktivisme, MB, Inkuiri)
·         Metode                       : Diskusi Kelompok




G.    Langkah-langkah Pembelajaran




NO.
KEGIATAN

Met.
Wkt.
Peng. Kls
A
KEGIATAN AWAL
1.      Mengondisikan kelas: menyiapkan seluruh warga kelas dan alat pembelajaran, serta mempresensi
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.      Menjelaskan materi tentang naskah drama dan latar pada sebuah naskah drama.
4.      Menyampaikan prosedur pembelajaran, yaitu berkelompok

  


Tanya Jawab


B
KEGIATAN/INTI
A.      EKSPLORASI
1.       Siswa  dibagi dalam kelompok kecil, 3-4 orang,
2.       Siswa membaca  penggalan naskah drama dengan penuh rasa ingin tahu

B.      ELABORASI DAN KOLABORASI
3.       siswa mendiskusikan bersama masing-masing kelompoknya mengenai latar pada cerpen di atas
4.       siswa mengisi lembar jawaban

C.     KONFIRMASI
5.      guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok unruk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.
6.      jawaban paling tepat diberikan tepuk tangan oleh seluruh siswa
7.      pemberian penguatan/reinforcement






Diskusi
kelompok



C
KEGIATAN PENUTUP
1.      Siswa membuat rumusan simpulan tentang pembelajaran yang sudah diikutinya dan guru memberikan penguatan
2.      Siswa mengungkapkan kesan terhadap pembelajaran yang baru berlangsung dan manfaat dari mempelajari KD ini dengan menggunakan bahasa yang santun sebagai kegiatan refleksi.
Tanya jawab






H.    Sumber Pembelajaran

1.      Lembar Kerja (lampiran)





I.       Penilaian


No.
Rincian Tugas Kinerja
Skor maksimum
Skor yang Diperoleh
1
Menentukan latar tempat pada suatu naskah drama

10

2
Mengemukakan bukti dan alasan dari latar tempat yang ditentukan
10

3
Menentukan latar waktu pada suatu naskah drama
10

4
Mengemukakan bukti dan alasan dari latar waktu yang ditentukan
10

5
Menentukan latar suasana pada suatu naskah drama
10

6
Mengemukakan bukti dan alasan dari latar suasana yang ditentukan
10


Total
60








Bengkulu,    Mei  2013
­     Mahasiswa,


  Rina Syafputri
   
                                 
*Lampiran


                                        Lembar Tugas


 Bacalah Penggalan naskah drama di bawah ini!
...
            Sompeng, isteri Gareng, menjahit kedua pinggiran kain putih dan kain merah itu dengan sebuah mesin jahit tua, mempertautkannya menjadi sebuah bendera yang sangat panjang. Sompeng bekerja dengan pasrah dan tampaknya dia sudah sangat letih.

Sompeng         : Sudah lebih jam delapan.
Gareng                        : Ya. Aku tahu (terus menyanyi)
Sompeng         : Waktu sholat Isya sudah masuk sejak tadi.
Gareng                        : Ya. Aku tahu (terus menyanyi)
Sompeng         : Tapi kenapa abang masih menyanyi. Sebaiknya sholat dulu.
Gareng                        : Nanti. Setelah semuanya selesai. Aku akan sembahyang tahajjud sekalian
Sompeng         : Masa karena soal bendera ini saja harus sembahyang tahajjud?
Gareng                        : Ini masalah kepercayaan Sompeng! Bendera apapun tidak akan pernah dibuat                  selain daripada bahan kain. Bendera harus dari kain. Bendera yang terbuat dari kain punya falsafah yang dalam. Kita harus sembahyang tahajjud, minta pada  Tuhan agar bendera kita tetap dipertahankan bahannya dari kain. Tidak dari  bahan yang lain!
       Dengar. Bendera terbuat dari kain. Kain terbuat dari benang. Benang dari kapas. Kapas dari buah kapas. Buah kapas dari bunga kapas. Bunga kapas dari putik kapas. Putik dari pucuk, pucuk dari daun, daun dari ranting, ranting dari dahan, dahan dari pohon, pohon kapas! Pohon kapas ada karena kita                               memerlukan kapas. Kapas ada karena kita memerlukan bendera.
      Inilah dasar perjuangan kita, falsafah kapas. Dasar pikiran yang melandasi kenapa kita harus melestarikan bendera yang terbuat dari kapas. Paham?
....
(Drama Penjual Bendera, Karya Hermana HMT)




Diskusikan dengan kelompokmu mengenai  latar (tempat, waktu, dan suasana) pada penggalan drama di atas!
Isilah tabel di bawah ini!
Unsur Instriksik
Penjelasan
Bukti
Latar
Tempat



Waktu



Suasana



 `

RPP untuk Mata Kuliah Pengajaran Mikro Bahasa Indonesia (Analisis Unsur Intrinsik Cerpen)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Satuan Pendidikan         : SMA
Mata Pelajaran               : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester               : X/1
Alokasi Waktu               : 2 x 45 menit
Kemampuan                   : Bersastra

A.    Standar Kompetensi:
 Membaca: Memahami  wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan  cerpen.

B.      Kompetensi Dasar:
            Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.          

C.     Indikator:
1.      Menentukan karakter tokoh cerpen
2.      mengaitkan karakter tokoh di dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari.


D.    TUJUAN PEMBELAJARAN :
            Setelah membaca cerpen yang diberikan, diharapkan siswa dapat:
1.      menemukan karakter tokoh di dalam cerpen
2.      mengaitkan karakter tokoh di dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari.


E.     MATERI PEMBELAJARAN
1.      Unsur-unsur intrinsik di dalam cerpen
2.      Penokohan sebagai salah satu unsur intrinsik cerpen yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

F.     MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
·         Model               : Kooperatif
·         Pendekatan       : CTL (Konstruktivisme, MB, Inkuiri)
·         Metode             : Tanya jawab, TTW (Think, Talk, Write)


G.    BAHAN
            kutipan cerpen “Pesta Syukuran” (sebagai contoh) dan Cerpen “Rumah yang Terang” (sebagai bahan untuk latihan).


H.    ALAT
Spidol, kertas karton, lem, papan tulis


I.       LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

No.
Kegiatan
Met.
Wkt
Peng. Kls
        I.            A.
KEGIATAN AWAL (10 MENIT)
1.      Mengondisikan kelas: menyiapkan seluruh warga kelas dan alat pembelajaran, serta mempresensi
2.      Memotivasi siswa sebagai kegiatan  apersepsi dengan cara:
a.       mengingatkan kembali unsur-unsur intrinsik cerpen dan berssama-sama menentukan beberapa unsur intrinsik yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
b.      Menampilkan kutipan cerpen untuk bersama-sama menganalisis penokohannya, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari
3.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
4.      Menyampaikan prosedur pembelajaran, yaitu berkelompok

Tanya jawab


Persiapan kelas




Pemberian motivasi
     II.             
KEGIATAN/INTI (65 MENIT)
A.      EKSPLORASI
1.      Siswa  dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang
2.      siswa diminta membaca cerpen

B.     ELABORASI DAN KOLABORASI
1.      tiap kelompok dibagikan lembar tugas kelompok, yaitu menganalisis satu penokohan di dalam cerpen dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.  tiap kelompok menganalisis penokohan yang berbeda dengan kelompok lain
2.      masing-masing kelompok berdiskusi dan mengisi lembar tugas kelompoknya.
3.      Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lainnya dapat mengomentasi dan memberi masukkan

C.     KONFIRMASI
1.     setelah semua kelompok selesai melakukan presentasi, guru memberi kesempatan masing-masing siswa melaporkan hasil diskusi pada lembar tugas individu.
2.    pemberian penguatan/reinforcement

TTW























TTW



Pembentukkankelompok




Diskusi kelompok



Prsesentasi di depan kelas





Pengerjaan tugas individu
   III.             
KEGIATAN PENUTUP (15 MENIT)
1.      Siswa membuat rumusan simpulan tentang pembelajaran yang sudah diikutinya dan guru memberikan penguatan
2.      Siswa mengungkapkan kesan terhadap pembelajaran yang baru berlangsung dan manfaat dari mempelajari KD ini dengan menggunakan bahasa yang santun sebagai kegiatan refleksi.
3.      Siswa mengerjakan soal evaluasi
Tanya jawab

menyimpulkan pembelajaran




pengerjaan soal evaluasi

J.      SUMBER PEMBELAJARAN
1.      Lembar Kerja



K.    PENILAIAN




Indikator
Soal
1.      Menentukan karakter tokoh cerpen.
Tentukan karakter tokoh cerpen!

2.      mengaitkan karakter tokoh di dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Kaitkan karakter tokoh di dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari!




No.
Rincian Tugas Kinerja
Skor maksimum
Skor Asesmen
Oleh Siswa
Oleh Guru
1.
Menentukan karakter tokoh cerpen
30


2.
Menunjukkan bukti yang menguatkan karakter tokoh berupa kutipan cerpen
20


3.
mengaitkan penokohan dengan realitas di kehidupan sehari-hari
50



Total
100




 Bengkulu,.... 2013
Praktikan


Rina Syafputri


*Lampiran

Rumah Yang Terang
Ahmad Tohari


       Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik memberi kampungku cahaya, musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat listrik hingga mati.
Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa teman-temannya sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah yang terdekat, demikian halnya beton langsing yang menyangga kabel-kabel di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah celotehceloteh sengit dua tetangga di belakang rumahku.
Sampai sekian lama, rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang listrik. Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terusterusan.
Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Tapi hasrat mereka tak mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku.
Rumah dua tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang. Kampungku yang punya kegemaran berceloteh seperti mendapat jalan buat berkata seenaknya terhadap ayah. Tentu saja dua tetangga itulah sumbernya.
“Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji Bakhil. Dia kaya tetapi tak mau pasang listrik. Tentu saja dia kawatir akan keluar banyak duit.”
Kadang celoteh yang sampai di telingaku sedemikian tajam sehingga aku tak kuat lagi menerimanya. Mereka mengatakan ayahku memelihara tuyul. “Tentu saja Haji Bakir tak mau pasang listrik karena tuyul tidak suka cahaya terang.” Yang terakhir kedua tetangga itu merencanakan tindakan yang lebih jauh. Entah belajar dari mana mereka menuduh ayahku telah melanggar asas kepentingan umum. Mereka menyamakan ayahku dengan orang yang tidak mau menyediakan jalan bagi seseorang yang bertempat tinggal di tanah yang terkurung. Konon mereka akan mengadukan ayahku kepada lurah.
Aku sendiri bukan tidak punya masalah dengan sikap ayah. Pertama, akulah yang lebih banyak menjadi bulan-bulanan celoteh yang kian meluas di kampungku. Ini sungguh tidak nyaman. Kedua, gajiku sebagai propagandis pemakaian alat kontrasepsi memungkinkan aku punya radio, pemutar pita rekaman, juga TV (karena aku masih bujangan). Maka alangkah konyolnya sementar listrik ditawarkan sampai ke depan rumah, aku masih harus repot dengan setiap kali membeli baterei dan nyetrum aki.
Ketika belun tahu latar belakang sikap ayah, aku sering membujuk.
Lho, kenapa aku dan ayah tidak ikut beramai-ramai bersama orang sekampung membunuh bulan? Pernah kukatakan, apabila ayah enggan
mengeluarkan uang maka pasal memasang listrik akulah yang menanggung
biayanya. Karena kata-kataku ini ayah tersinggung. Tasbih di tangan ayah
yang selalu berdecik tiba-tiba berhenti.
“Jadi kamu seperti orang-orang yang mengatakan aku bakhil dan pelihara tuyul?”
Aku menyesal. Tapi tak mengapa karena kemudian ayah mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa beliau tidak mau pasang listrik. Dan alasan itu tak mungkin kukatakan kepada siapa pun, khawatir hanya mengundang celoteh yang lebih menyakitkan. Aku tak rela ayah mendapat cercaan lebih banyak.
Betapa juga ayah adalah orang tuaku, yang membiayai sekolahku sehingga aku kini adalah seorang propagandis pemakaian alat kontrasepsi. Lalu mengapa orang kurang menghayati status yang kini kumiliki. Menjadi propagandis tersebut tidak hanya membawa keuntungan materi berupa gaji dan insentif melainkan ada lagi yang lain.
Jadi, aku mengalah pada keteguhan sikap ayah. Rela setiap kali beli baterai dan nyetrum aki, dan rela menerima celoteh orang sekampung yang tiada hentinya.
Ketika ayah sakit, beliau tidak mau dirawat di rumah sakit. Keadaan beliau makin hari makin serius. Tapi beliau bersiteguh tak mau diopname. Aku berusaha menyingkirkan perkara yang kukira menyebabkan ayah tak mau masuk rumah sakit.
“Apakah ayah khawatir di rumah sakit nanti ayah akan dirawat dalam ruang yang diterangi lampu listrik? Bila demikian halnya maka akan kuusahakan agar mereka menyalakan lilin saja khusus bagi ayah.
Tanggapan ayah ada rasa tersinggung yang terpancar dari mata beliau yang sudah biru memucat. Ya, Tuhan, lagi-lagi aku menyesal. Dan jiwaku mendadak buntu ketika mendengar ucapan ayah yang keluar tersendat-sendat.
“Sudahlah, Nak. Kamu lihat sendiri aku hampir mati. Sepeninggalku nanti kamu bisa secepatnya memasang listrik di rumah ini.
Tidak pernah sekalipun aku mendengar kata-kata ayah yang mengandung ironi demikian tajam. Sesalku tak habis-habisnya. Dan malu. Kewahlianku melakukan pendekatan verbal yang biasa aku lakukan selama menjadi propagandis alat kontrasepsi ternyata hanya punya arti negatif di hadapan ayah. Lebih malu lagi karena ucapan ayah tadi adalah kata-kata terakhir yang ditujukan kepadaku.
Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang listrik mendekatiku.
“Nah, lebih enak dengan listrik, ya Mas?”
Aku diam karena sebal melihat gaya mereka yang pasti menghubunghubungkan pemasangan listrik di rumahku yang baru bisa terlaksana sesudah kematian ayah. Oh, mereka tidak tahu bahwa aku sendiri menjadi linglung.
Listrik memang sudah kupasang tapi aku justru takut menghidupkan radio, TV, dan pemutar pita rekaman. Sore hari aku tak pernah berbuat apa pun sampai ibu yang menghidupkan lampu. Aku enggan menjamah sakelar karena setiap kali aku melakukan hal itu tiba-tiba bayangan ayah muncul dan kudengar keletak-keletik suara tasbihnya. Linglung. Maka tiba-tiba mulutku nyerocos. Kepada tamu yang bertahlil aku mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa ayahku tidak suka listrik, suatu hal yang seharusnya tetap kusimpan.
“Ayahku memang tidak suka listrik. Beliau punya keyakinan hidup dengan listrik akan mengundang keborosan cahaya. Apabila cahaya dihabiskan semasa hidupnya maka ayahku khawatir tidak ada lagi cahaya bagi beliau di dalam kubur”. Aku siap menerima celoteh dan olok-olok yang mungkin akan dilontarkan para tamu. Karena aku sendiri pernah menertawakan pikiran ayah yang antik itu. Aneh, para tamu malah menunduk. Aku juga menunduk, sambil berdoa tanpa sedikitpun kadar olok-olok. Kiranya ayahnya mendapat cukup cahaya di alam sana.
(diambil dari buku Berkenalan Dengan Prosa Fiksi,
Suminto A. Sayuti, 2000: 213-217)




LEMBAR KERJA


Standar Kompetensi :
            Membaca: Memahami  wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan  cerpen.

Kompetensi Dasar     :
            Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran           :
            Setelah membaca cerpen “Pesta Syukuran”, diharapkan siswa dapat:
1.      Menentukan karakter tokoh cerpen
2.      mengaitkan karakter tokoh di dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari.



Ringkasan Materi

            Penokohan/karakterisasi adalah cara penulis menggambarkan tokoh-tokohnya. Tokoh tidak bisa terlepas dari watak yang digambarkan oleh pengarang di dalam karya-karyanya.
            Kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh karena pengembangan semacam itu membutuhkan waktu. Tokoh dalam cerpen biasanya langsung ditunjukkan karakternya. Artinya, hanya ditunjukkan tahapan tertentu perkembangan karakter tokohnya.
            Hubungan antara tokoh fiksi di dalam cerpen dengan manusia di kehidupan nyata sebenarnya sangat dekat. Ini dikarenakan ada tanggung jawab dari pengarang untuk membuat karakter tokoh lifelikeness (seolah-olah nyata seperti di kehidupan asli). akan tetapi, tentu ada sentuhan pengarang untuk membentuk karakter tokoh sesuai dengan tema dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.
            Ada beberapa cara pengarang dalam menggambarikan karakter tokoh. Pengarang dapat menggunakan metode penceritaan langsung, melalui percakapan antar tokoh, melalui perbuatan yang dilakukan tokoh, penggambaran perasaan tokoh, melalui suasana dan latar yang mengiringi, dan lain sebagainya.
Perhatikan kutipan cerpen berikut.
Bu Mahdi menangis. "Rupanya semua orang sudah tahu kalau kamu korupsi, Pak." 
"Ah, persetan, Bu. Yang penting, tidak akan ada proses hukum yang bisa mengadili para koruptor seperti aku. Kalau kita dikucilkan di dalam negeri, masih ada tempat untuk hidup nyaman di luar negeri. Aku bisa mengikuti para seniorku yang kini hidup nyaman di negara-negara lain." 
Dari kutipan cerpen di atas, kita dapat menentukan karakter tokoh Pak Mahdi melalui percakapannya dengan Bu Mahdi. Pak Mahdi adalah seorang pejabat yang hanya memikirkan kanyamanan hidupnya tanpa memperdulikan dampak yang ia lakukan, yaitu kerugian negara yang berujung pada kesengsaraan rakyat. Buktinya, ia tidak merasa malu bahwa kedoknya sebagai koruptor telah diketahui orang. Ia justru tidak mempedulikannya, malah ia telah memikirkan rencana licik, yaitu lari menyelamatkan diri dari jeratan hukum ke luar negeri.
Tentunya ini sangat berkaitan sekali dengan kehidupan dewasa ini, dimana para koruptor merajalela, seolah tidak ada rasa malu dicap sebagai koruptor dan mengumbar senyuman termanis di depan kamera yang meliput berita tentang kajahatan dirinya.      

TUGAS

1.      Bacalah cerpen “Rumah yang Terang”, diskusikan dengan kelompokmu mengenai karakter tokohnya kemudian secara individu isilah tabel berikut ini.
a.       kotak nomor 1 diisi ketika diskusi kelompok, yaitu rangkuman hasil diskusi tiap kelompok mengenai 1 karakter tokoh di dalam cerpen (tiap kelompok menganalisis karakter tokoh yang berbeda)
b.      kotak nomor 2 dan 3 diisi ketika presentasi kelompok lain berlangsung, yaitu ketika pembahasan mengenai karakter tokoh lainnya di dalam cerpen.

No.
Nama Tokoh
Karakter Tokoh
Bukti (kutipan cerpen dan kesimpulan dari kutipan tersebut)
Keterkaitannya dengan Kehidupan Nyata
1







2







3









2.      Setelah melakukan presentasi kelas, tulis analisis karakter tokoh hasil diskusi kelompokmu (jika diperlukan) sesuai kesimpulan masing-masing (individu)!

Hasil Perbaikan (Setelah Diskusi)

No.
Nama Tokoh
Karakter Tokoh

Bukti (kutipan cerpen dan kesimpulan dari kutipan tersebut)
Keterkaitannya dengan Kehidupan Nyata